
Biologi
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas selalu berkomitment untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana salah satunya dengan mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat. Dalam pelaksanaannya, seringkali Jurusan Biologi memadukannya dengan prinsip-prinsip dasar keilmuan Biologi yang menjadi pokok keahlian staff yang ada.
Mengambil kesempatan pada hari Sabtu, 27 Februari 2021 dan bertempat di Balai Desa Talago Gunung, Kota Sawahlunto, sebanyak sebelas orang staf pengajar Jurusan Biologi melakukan kegiatan pengabdian masyarakatnya. Disesuaikan dengan agenda desa setempat yang akan menghadapi kompetisi Perberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) tingkat daerah dan nasional, maka topik pengabdian pun disesuaikan dengan ini. Materi pemberdayaan masyarakat tersebut dititikberatkan kepada pemaksimalan penggunaan lingkungan di sekitar rumah tangga untuk mendukung kesejahteraan keluarga yang menjadi inti dari kegiatan PKK selama ini.
Sebagai lembaga yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, melakukan penelitian atau riset merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh para dosen yang bernaung di bawahnya. Demikian pula para staff pengajar di Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas yang terus melakukan berbagai kajian terutama terkait dengan kekayaan hayati Sumatera dan peranannya dalam mensejahterakan manusia.
Salah satu komponen yang menentukan kelancaran kegiatan penelitian yang dilakukan adalah mendapatkan pendanaan untuk mendukung kajian dan eksperimen yang diperlukan demi kemajuan ilmu pengetahuan. Sumber dana yang tersedia pun sebenarnya cukup beragam, termasuk banyak skema pendanaan yang disediakan oleh pemerintah melalui Dirjen DIKTI.
Untuk tahun 2021 yang baru saja berjalan ini, beberapa orang staff pengajar di jurusan Biologi berhasil mendapatkan pendanaan berdasarkan beberapa skema DIKTI. Beberapa skema didasarkan atas kinerja dan performa penelitian yang selama ini telah dilakukan, sehingga dengan sendirinya penerimaan pendanaan ini dapat diartikan sebagai pengakuan oleh DIKTI terhadap staff pengajar yang dimaksud.
Berdasarkan lampiran pengumuman DIKTI No. B/112/E3/RA.00/2021, terdapat tiga orang staff Jurusan Biologi yang mendapatkan kesempatan pendanaan tersebut. Mereka adalah:
1. Dr. Putra Santoso untuk Skema Penelitian Dasar (Judul: Efektivitas dan Mekanisme Kerja Serat Bengkuang Dalam Mengatasi Gangguan Homeostasis Energi, Inflamasi Hipotalamus dan Degenerasi Organ Pada Mencit Penderita Hiperglikemia Kronis) dan Skema World Class
Research (Judul: Kajian Potensi Serat Pangan Berbasis Umbi-Umbian
Tanaman Lokal Indonesia Sebagai Regulator Homeostasis Metabolisme Tubuh dan Neuroprotektif Pada Penderita Obesitas dan Diabetes Mellitus)
2. Dr. Djong Hon Tjong untuk Skema Penelitian Disertasi Doktor (Judul: Status Taksonomi dan Konservasi Kelelawar (Chiroptera) di Pulau Enggano) dan Skema Penelitian Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (Judul: Status Taksonomi, Filogenetik dan DNA Barcoding Katak Limnonectes blythii Kompleks (Anura: Dicroglossidae) Di Sumatera Barat)
3. Dr. Anthoni Agustien untuk Skema Riset Dasar (Judul: Eksplorasi Bakteri Termofilik di Tiga Tipe Sumber Air Panas Sebagai Penghasil Antibiotika, Alkohol (Bahan Utama Hand Sanitizer) dan Immunostimulant)
Seiring dengan rasa bangga dan ucapan selamat atas penerimaan pendanaan tersebut, tentunya sangat dinanti sekali terobosan-terobosan baru di masing-masing bidang keilmuan yang akan dicapai oleh para staff tersebut.
Kehidupan modern kerap kali menimbulkan masalah kesehatan yang berasal dari banyaknya bahan makanan yang kurang tepat dan tidak menyehatkan bagi tubuh. Pemakaian bahan makanan yang penuh lemak jenuh dan kurang serat, ditambah dengan pola hidup yang tidak teratur dapat berakibat pada penumpukan lemak di dalam tubuh dan berujung pada penyakit-penyakit degeneratif yang merugikan kehidupan manusia.
Dari sekian banyaknya penelitian yang dilakukan terkait dengan suplemen makanan yang dapat membantu mengurangi timbunan lemak berikut dengan gejala kesehatan yang ditimbulkannya, ternyata sedikit yang memfokuskan diri pada serat yang berasal dari umbi-umbian. Tentunya sebagai negara tropis yang kaya yang sumber daya tumbuhan berumbi, kondisi ini memberikan peluang penelitian yang sangat besar. Selain itu, hasil-hasil penelitian di bidang ini juga sangat mungkin untuk dipatenkan dan digunakan dalam bidang kesehatan dan industri makanan.
Cendana dengan nama ilmiah Santalum album L. juga dikenal dengan beberapa nama di Indonesia seperti Candana di Minangkabau, Belitung, Madura, Sunda dan Jawa, Ai nitu di Sumba, Katu Ata di Flores, Sondana di Sulawesi Utara, Ayu Luhi di Gorontalo, Ai Nituk di Roti dll. VOC ketika memperdagangkan kayu cendana dulu menyebutnya dengan Sandelhout. VOC telah memperdagangkan kayu ini sejak abad ke-17 melalui selat Malaka menuju China dan India. Kemungkinan di Indonesia, Cendana dibawa dari pulau Sumba oleh pedagang, jika dilihat dari julukannya, pulau Sumba disebut dengan Sandalwood Island. (Gambar 1. Lukisan cendana (Santalum album L.) yang dilukis oleh salah satu Dosen Jurusan Biologi Robby Jannatan, M.Si. di atas kanvas berukuran 75x50 cm. Lukisan ini sekarang dipajang di kantor Jurusan Biologi Universitas Andalas, Sumatera Barat)
Cendana merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tersebar di Jawa timur, Pulau Madura, Bali, Rote, Sumba, Sawoe dan Wetar. Sebagian besar cendana tersebar di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Barat (NTB). Hingga sekarang, pohon cendana telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia hingga ke aceh dengan sebutan ceundana. Penyebaran cendana sebenarnya tidak terbatas di Indonesia saja, cendana tersebar hinggi ke India dan Semenanjung Malaya. Si cendana ini mempunya tinggi antara empat hingga sembilan meter. Mempunyai bunga berwarna merah dan bersifat hemiparasit, karena dia perlu menggantungkan hidup kepada inang di fase awal hidupnya, dia butuh inang untuk tumbuh, sistem perakaran cendana di fase awal belum mampu menopang kehidupannya. Beberapa inang dari cendana adalah Alternanthera sp., Sesbania grandiflora (pohon turi atau gala-gala), Atalaya hemiglauca, Acacia hemignosta (Akasia), Crotalaria retusa, dll. Ketergantungan terhadap inang inilah salah satu hal yang membuat cendana menjadi terancam hidupnya.