Biokonversi Maggot Black Soldier Fly (BSF), Solusi Dalam Penyelesaian Masalah Sampah Organik
Written by Biologi(Oleh: Dr. Resti Rahayu).
Sampah menjadi masalah nasional yang tidak pernah terselesaikan hingga saat ini, untuk itu perlu inovasi tepat dan ramah lingkungan dalam mengatasinya. Salah satunya adalah dengan menggunakan Maggot Black Soldier Fly (BSF). BSF merupakan biomesin/ biotransformasi/ biokonversi yang efektif mengolah/mendegradasi sampah organik seperti sayuran, buah, sisa makanan, bangkai hewan, serta kotoran dan lain sebagainya dengan cepat, menjadi biomasa untuk pakan ternak berprotein tinggi dan pupuk tanaman. Kemampuan dekomposisi maggot lebih baik dibandingkan dengan organisme lainnya termasuk mikroorganisme, selain itu teknologinya juga mudah untuk diaplikasikan, mempunyai dampak ekonomi yang sangat baik dan yang terpenting adalah sangat ramah lingkungan.
Maggot segar dapat dihasilkan 10-15% dari sampah yang diberikan dalam waktu kurang dari tiga minggu. Bahkan dalam penanganan yang baik, pekerja yang sudah terlatih, jenis pakan berasal dari sampah sisa rumah makan/restoran/dapur bisa menghasilan maggot segar mencapai 30% dari jumlah pakan yang diberikan. Namun masalahnya memang sampah ini belum terpisah antara organik dan anorganik, sehingga perlu sedikit usaha jika ingin memanfaatkanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Menurut pemerintah kota Padang bahwa produksi sampah di kota Padang mencapai 650 ton perhari pada tahun 2019 sedangkan selama pandemi 2020-2021 berkurang menjadi 450 ton per harinya. Kemudian, Tempat Pemprosesan Akhir (TPA) Air Dingin yang merupakan TPA andalan pembuangan sampah masyarakat kota Padang pada diperkirakan dalam 3-5 tahun kedepan akan penuh. Maka pengolahan sampah dengan budidaya maggot ini sangat tepat sekali dikembangkan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh para usaha peternkan seperti berternak ikan, ayam dan usaha pertanian. Peran masyarakat dapat dilibatkan sehingga sampah terolah pun akan semakin banya, taraf perekonomianpun dapat ditingkatkan, karena produk turunan dari hasil pengolahan sampah dengan maggot ini sangat banyak dan menjanjikan. Budidaya maggot menjadi solusi alternatif dalam peningkatan ketahanan pangan ditengah pandemic Covid 19 yang melanda, apabila system berjalan dengan baik maka sirkular ekonomipun akan terbentuk. Hal terpenting lainya adalah pengurangan pengiriman sampah ke TPA akan jauh berkurang.
Teori secara umum, cara dan teknik pengolahan dapat dilihat pada bahan seminar yang kami sampaikan dalam acara Webinar Olah Sampah Jadi Berkah, tanggal Disampaikan pada tanggal 23 Mei 2021 yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kewirausahaan (KMW) Fakultas MIPA Unand. (Resti Rahayu)
Teori dan Cara budidaya dapat dilihat pada link berikut -->
======================================
Dihadiri Dirjen KSDAE Kementrian LHK, Gubernur Sumatera Barat dan Rektor UNAND, Seminar Nasional “Masa Depan Konservasi Harimau Sumatera” Terlaksana dengan Sukses
Written by BiologiOleh: Siti Nur Aisyah (Biologi 2019)
Halo Sahabat Konservasi, Jurusan Biologi FMIPA UNAND berkolaborasi dengan Global Environment Facilities (GEF)-UNDP melaksanakan Seminar Nasional “Masa Depan Konservasi Harimau Sumatera” seiring dengan berakhirnya program “Transforming Effectiveness of Biodiversity Conservation in Priority Sumatran Lancsapes” di pulau Sumatera. Seminar nasional yang dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) telah sukses dilaksanakan pada hari Senin, 14 Februari 2022 di Ruang Seminar Gedung I Universitas Andalas dan Zoom meeting dari jam 09.00-17.00 WIB. Seminar ini dihadari oleh Dirjen KSDAE Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ir. Wiratno, M.Sc dan Rektor Universitas Andalas Prof. Dr. Yuliandri, S.H, M.H serta dibuka langsung oleh Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah, S.P.
Seminar Nasional kali ini dihadiri oleh pemateri dan peserta dari berbagai stakeholder. Mulai dari pemerintah, lembaga non-pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat guna meningkatkan sinergi, kolaborasi, dan kesadaran terhadap masa depan konservasi harimau di pulau Sumatera. Seminar nasional kali ini diharapkan menjadi media untuk mendiseminasikan progress terbaru konservasi harimau sumatera dan rekomendasi kegiatan di masa depan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam hal praktik dan pengelolaan Konservasi Harimau Sumatera. Antusiasme peserta cukup tinggi dalam acara ini, dibuktikan dengan lebih dari 500 peserta yang hadir secara daring dan luring, bukti nyata bahwa konservasi harimau menjadi concern bersama kita.
Keseimbangan Ekosistem Pantai Itu Penting, Yok Pulihkan Mangrove!
Written by BiologiPenulis : Cheria Hafizah Putri dan Azizah Innayah Putri
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah perairan payau atau daerah pertemuan air tawar dengan air laut. Kondisi perairan hutan mangrove dipengaruhi oleh proses pasang surut air laut sehingga ketika terjadi pasang maka hutan mangrove akan tertutupi oleh air laut dan sebaliknya mengering saat kondisi pasang. Hutan mangrove memiliki substrat berlumpur yang kaya akan bahan organik. Bahan organik ini berasal dari endapan materi tumbuhan bakau yang mengalami pelapukan di dasar substrat tumbuhnya. Hutan mangrove umumnya didominasi oleh ragam tumbuhan yang dikenal dengan nama umum bakau. Tumbuhan bakau yang menyusun hutan mangrove berasal dari marga Rhizophora dan suku Rhizophoraceae dengan ciri khas berupa akar tunjang yang besar dan berkayu menonjol keluar dari permukaan air, pucuk yang tertutup, daun penumpu yang meruncing, serta buah yang berkecambah ketika masih di pohon. Bentuk akar yang unik dari pohon bakau merupakan bentuk adaptasi agar mampu hidup pada daerah payau yang memiliki kondisi lingkungan yang khas.
Jurusan Biologi Mengadakan FGD tentang Keterpaduan Pengabdian Masyarakat, Penelitian dan Merdeka Belajar dalam Membantu Pembangunan Berkelanjutan di Siberut
Written by BiologiPulau Siberut merupakan salah satu pulau di Kepulauan Mentawai yang mempunyai potensi besar dan perlu dikembangkan. Potensi yang dimiliki seperti keanekaragaman hayati dengan tingkat endemisitas yang tinggi, serta kearifan lokal suku Mentawai yang sangat harmonis dengan alam. Hal ini menjadi dasar penetapan daerah hutan di Pulau Siberut sebagai Kawasan Taman Nasional serta sebagai Cagar Biosfer. Siberut juga sangat strategis bagi pertahanan Indonesia karena merupakan pulau terluar di pantai barat Sumatera. Karenanya pengembangan konsep pembangunan berkelanjutan, yang memperhatikan keunikan keanekaragaman hayati, keluhuran budaya serta nilai strategis sebagai pulau terluar penting dilakukan. Hal ini tentunya membutuhkan adanya kerjasama dan sinergi antara seluruh stakeholders.
"Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Pada Wilayah Kepulauan" oleh: Dr. Wilson Novarino
Written by BiologiMemiliki ribuan pulau merupakan berkah dan sekaligus menimbulkan permasalahan tersendiri bagi pemerintahan Indonesia. Proses pembentukan kepulauan yang bervariasi, posisi geografis, dan pengaruh iklim lautan menyebabkan masing-masing pulau mempunyai keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang sangat unik dan tidak bisa dijumpai pada daerah lain. Seiring dengan itu, bentuk adaptasi masyarakat yang menempati wilayah kepulauan tersebut memunculkan beranekaragam budaya dan kearifan lokal sehingga menjadi suatu kekayaan tersendiri.
Secara tradisional interaksi masyarakat dengan kondisi kepulauan telah menghadirkan pola hubungan yang harmonis. Pola tradisional masih mengandalkan pola pemanenan tumbuhan seperti memetik, perburuan hewan dan menebang kayu hasil hutan, namun semuanya masih dalam ukuran yang wajar dan bisa dipenuhi atau diistilahkan dengan sesuai daya dukung. Permasalahan muncul ketika terjadi pergeseran dari pola tradisional kepada pola modern. Seiring dengan pertumbuhan populasi, perubahan pola hidup, meningkatnya kebutuhan, serta munculnya keinginan untuk memiliki sesuatu yang terdapat pada wilayah pulau lain, menjadi faktor pendorong tergerusnya harmoni antara masyarakat dengan lingkungan kepulauan. Demikian pula dengan berbagai bentuk informasi, bahan, perkakas, serta gaya hidup yang diperkenalkan dari luar menjadikan suatu wilayah kepulauan bisa mengalami perubahan jati dirinya.
"Manfaat Serat Bengkuang" Resensi Buku dari Dr. Wilson Novarino
Written by Biologi
Ketika kita memasuki kota Padang dari arah utara ataupun timur, kita akan bisa melihat patung Bengkuang yang berdiri kokoh di garis perbatasan kota tersebut. Kota Padang pernah sangat dikenal dengan nama Kota Bengkuang, buah yang dikenal dengan nama ilmiah Pachyrhizus erosus ini menjadi oleh-oleh yang selalu ditanyakan ketika seseorang baru kembali dari kota Padang. Adanya berbagai jenis buah dan makanan lainnya sejalan perkembangan zaman, menjadikan bengkuang hanya bisa kita jumpai pada beberapa bagian kota saja. Padahal bengkuang merupakan buah yang selama ini kita nikmati mempunyai khasiat yang banyak tanpa kita sadari. Umbi bengkuang yang banyak mengandung air selama ini dikonsumsi sebagai buah baik secara langsung, ataupun dipadu dengan buah lainnya sebagai rujak, salad buah ataupun sup buah.
Buku “Serat Bengkuang Sebagai Anti Penyakit Metabolik” merupakan salah satu mata rantai penting yang menjembatani permasalahan akibat perubahan gaya hidup dengan pemanfaatan biodiversitas khususnya tanaman bengkuang. Penelitian terdahulu menunjukkan adanya potensi bengkuang sebagai imunomodulator. Akan tetapi, analisis khusus untuk mengeksplorasi senyawa-senyawa potensial lainnya masih sangat terbatas. Rangkaian penelitian yang telah dilakukan penulis buku ini (Putra Santoso, Ph.D) terhadap potensi serat bengkuang dalam mencegah berbagai bentuk penyakit metabolik, merupakan sesuatu yang sangat penting dan bernilai strategis tidak hanya dari sisi pemanfaatan biodiversitas, ikut membantu meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, bahkan juga sangat bernilai dalam pengembangan ekonomi kreatif masyarakat.