Keindahan bumi yang dikisahkan lebih dari 100 tahun tersebut semakin berkurang pada tahun-tahun terkahir. Bumi yang ada sekarang semakin ringkih oleh berbagai proses alami dan dampak dari upaya manusia meningkatkan taraf hidupnya. Pertumbuhan populasi manusia, berubahnya berbagai tatanan, seperti hutan yang dirambah, bukit yang ditambang, serta sampah dan polusi, ikut memperparah penyakit bumi yang semakin tua. Akibatnya, penurunan kualitas hutan, berkurangnya cadangan bahan mentah, banjir, kekeringan, serta perubaan iklim menjadi pekerjaan rumah yang mesti dicarikan jawabannya.
Alam mempunyai kemampuan daya dukung yang terbatas. Selagi semua upaya pembangunan dan perkembangan populasi sesuai dengan daya dukung tidak akan terjadi benturan. Karenanya Komisi Bruntdland mempopulerkan istilah Pembangunan Berkelanjutan (Suistanble Development). Kebijakan ini didefenisikan sebagai upaya pembangunan yang bisa memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi akses generasi yang akan datang terhadap sumber daya yang sama. Hal inilah yang menjadi salah satu landasan dilakukannya pertemuan Conference of the Parties (COP) 26 di Glasow pada 31 Oktober sampai 12 November 2012. Pada pertemuan yang rutin dilakukan tersebut, pimpinan dari 121 negara menyampikan komitmen mereka terhadap upaya penyelamatan lingkungan, seperti langkah-langkah yang telah diambil untuk berpartisipasi dalam mencegah terjadinya perubahan iklim. Pertemuan di Glasgow juga dijadikan sebagai ajang evaluasi dari kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya pada COP 21 atau yang dikenal dengan Paris Accord 2015 yang memuat komitmen negara peserta untuk melakukan pengurangan gas rumah kaca, meningkatkan produksi energi terbarukan, mempertahankan suhu global dibawah 2oC atau idelanya 1,5oC dari suhu awal sejak revolusi industri, serta pendanaan untuk negara-negara miskin yang terdampak dengan adanya perubahan iklim.
Para penggiat lingkungan, praktisi konservasi dan pemerhati bidang biologi saat ini dituntut pemikiran dan aksi nyatanya untuk ikut serta dalam menanggulangi permaslaahn ini. Kita dituntut untuk menghasilkan pemikiran dan inovasi nyata sehingga bisa menjadi dasar kebijakan, menemukan bentuk pemanfaatan alternatif keanekaragaman hayati sehingga bisa berkontribusi untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, alternatif teknologi yang lebih ramah lingkungan, serta menjadi agen untuk perubahan sosial yang lebih ramah lingkungan.
#resensibuku #biologiunand