MENGKAJI PELUANG KONTRIBUSI UNTUK INDEKS BIODIVERSITAS INDONESIA

Mengawali semester genap tahun ajaran 2023/2024, Departemen Biologi menghelat Kuliah Umum perdana di Plaza Biologi pada tanggal 23 Februari 2024 dengan mengangkat topik Indeks Biodiversitas Indonesia. Indeks Biodiversitas Indonesia (IBI) merupakan alat ukur yang dikembangkan  untuk menggambarkan status keanekaragaman hayati sesuai dengan target pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia (TPB/SDG’s). IBI diharapkan bias berkontribusi dalam mengukur pencapaian Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan – IBSAP dan target 14 dan 15 dari UN-SDGs di Indonesia. Penyusunan IBI mengacu pada Living Planet Index (LPI) yang telah dikembangkan oleh World Wildlife Fund dan Zoo Society of London dan pada tahun tahun terakhir sering dijadikan acuan dalam menggambarkan kondisi terkini keaneragaman hayati secara global.

Kuliah umum ini diadakan mengingat pentingnya pemahaman terkait IBI oleh dosen dan mahasiswa Biologi.  Departemen Biologi juga mempunyai potensi besar untuk berbagi data primer kenakeragaman hayati yang nantinya bisa digunakan dalam pengembangan IBI. Penyampaian materi kuliah umum disampaikan oleh Barano S Sulistyawan PhD dari Komite IBI-KOBI yang hadir secara daring dan Oki Hadian Hadidi, M.Sc dari WWF Indonesia yang hadir secara langsung. Kuliah umum yang dimoderatori oleh Dr. Henny Herwina, M.Sc ini, juga dihadiri oleh staf dosen Deparemen Biologi serta puluhan mahasiswa. 

 

Dalam materi perkuliahan disampaikan bahwa IBI dikembangkan sebagai hasil kerjasama antara Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) dan Yayasan WWF-Indonesia pada bulan Juni 2019. Dalam perjalanannya KOBI membentuk Komite IBI dan kemudian memperluas kerjasama dengan Forum Komunikasi Konservasi Indonesia (FKKI), serta para pihak lain yang terkait dengan biodiversitas. Adapun tujuan dari IBI ini adalah untuk (1) mengukur dampak pembangunan berkelanjutan Indonesia khususnya pencapaian target 14 dan 15 dan pengelolaan keanekaragaman Hayati di Indonesia, (2) Media ilmiah bagi pemerhati keanekaragaman hayati untuk sharing pengetahuan, data dan analisis terkini status keanekaragaman hayati dan (3) Referensi untuk menyusun regulasi dan kebijakan mengenai pengelolaan wilayah dan keanekaragaman hayati.

Dalam menyusun nilai indeks tentu dibutuhkan data dari berbagai sumber. Mengingat penelitian keanekaragaman hayati yang dilakukan sangat bervariasi metode, waktu serta tingkat kedalaman analisisnya, maka perlu dilakukan standarisasi data yang digunakan. Oleh karena itu, dalam penyusunan IBI sumber data utama yang digunakan dipilah dari data-data yang menampilkan hasil dari kegiatan seperti Sensus Populasi, Pendugaan Populasi, Data Kepadatan, nilai Indeks, Keterwakilan atau Proxies, Pengukuran per Unit Usaha, Biomass dan Sampel.

Mengingat selama ini, data IBI sebagian besar berasal dari data sekunder, berupa informasi yang dipublikasikan pada jurnal ilmiah, maka peluang kontribusi Departemen Biologi berupa data primer dari hasil pemantauan yang dilakukan berpotensi untuk digunakan sebagai sumber data IBi pada masa datang.

 

Read 676 times Last modified on Jumat, 19 April 2024 20:53