Hutan mangrove Indonesia merupakan yang terluas di Asia Tenggara mencapai sekitar 7,7 juta hektar. Namun sayang, akibat pembukaan pemukiman, kegiatan ekonomi berupa pertambakan ikan dan udang, serta eksploitasi kayu bakau yang berlebihan untuk dijadikan arang, hutan bakau Indonesia mengalami penurunan drastic menjadi 3,6 juta hektar (Kompas, 21 Desember 2011). Kondisi ini sangat menyedihkan mengingat fungsi hutan bakau sangat penting bagi kehidupan. Ditambah lagi hutan bakau Indonesia merupakan 23% dari keseluruhan hutan bakau di dunia yang sangat berperan dalam menjaga iklim dunia. Maka dari itu pelestarian hutan bakau sangat penting untuk diterapkan di Indonesia.
Apa sih pentingnya kita menjaga ekosistem mangrove?
Hutan mangrove memiliki manfaat penting bagi kehidupan. Baik untuk hewan, lingkungan, dan manusia. Secara ekonomi hutan mangrove dapat dijadikan sebagai lokasi tambak alami yang dapat menghasilkan ikan, udang dan kepiting bakau dalam jumlah yang cukup fantastis. Hal ini tentu akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, jika dilakukan secara berkelanjutan. Tidak hanya itu, pemanfaatan tumbuhan bakau juga menjadi peluang besar bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan taraf perekonomian. Kayu bakau dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan baku pembuatan arang. Tumbuhan bakau juga dipercaya dapat mengobati penyakit tumor. Beberapa jenis buah bakau dapat diolah menjadi makanan dan minuman ringan bercita rasa tersendiri. Pesona hutan yang menjadi tempat pertemuan air laut dan air tawar ini dapat menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung, jika disediakan fasilitas yang memadai. Hutan mangrove juga merupakan pagar pelindung bagi pemukiman sekitar pesisir dari serangan badai dan gelombang tinggi bahkan tsunami
Secara ekologis hutan mangrove merupakan tempat hidup (habitat) bagi berbagai jenis biota. Pada hutan mangrove kita dapat menemukan berbagai jenis ikan, udang, karang-karangan, kepiting, burung dan masih banyak lagi. Biota tersebut menjadikan hutan mangrove sebagai tempat untuk hidup, mencari makan dan berpijah (bertelur). Bagi lingkungan, hutan bakau berperan sebagai pencegah erosi tanah. Fungsi ini dijalankan oleh akar tumbuhan bakau yang mampu menahan substrat lumpur untuk tidak turun ke ekosistem dibawahnya. Hutan mangrove juga menjaga Kesehatan ekosistem terumbu karang dengan menyaring endapan air sebelum sampai pada ekosistem terumbu karang tersebut. Hutan mangrove juga dinilai mampu menyimpan karbon dalam jumlah sangat besar jika dibandingkan hutan pada daratan. Hal ini tentu sangat berperan dalam menjaga kestabilan iklim dunia dan mengurangi efek pemanasan global yang semakin mengancam.
Jadi apa sebenarnya yang mengakibatkan kerusakan ini?
Kerusakan ekosistem di dunia menjadi permasalah genting yang harus dihadapi oleh manusia saat sekarang. Kerusakan ini terjadi akibat aktivitas manusia yang tidak bertanggungjawab secara lingkungan seperti pertambangan, kebiasaan buruk masyarakat, pembabatan hutan, pembangunan di sekitar aliran sungai dan masih banyak lagi. Berkurangnya luas hutan mangrove mengakibatkan fungsi hutan tidak berjalan maksimal. Hutan mangrove tidak lagi menjadi rumah bagi biota penghuninya, sehingga masyarakat kesulitan dalam menemukan sumber makanan yang sebelumnya tersedia dengan percuma. Disamping itu masyarakat juga kehilangan pagar pelindung dari ancaman erosi dan gelombang tinggi. Tidak ada lagi hutan eksotis dengan keunikan biotanya ketika hutan mangrove ini beralih fungsi.
Berkurangnya luas hutan mangrove di Indonesia diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya pembabatan tumbuhan bakau, pengalihan fungsi lahan menjadi pemukiman atau tambak, dan pencemaran perairan hutan mangrove. Pembabatan hutan menjadi permasalahan yang tidak hanya terjadi pada hutan terestrial saja namun hutan mangrove. Eksploitasi hutan mangrove yang berlebihan sebagai bahan bangunan, bahan baku arang, dan lainnya tentunya akan menurunkan jumlah populasi bakau. Eksploitasi hutan bakau tidak hanya untuk dimanfaatkan bakaunya saja, namun juga bertujuan untuk mengalihfungsikan lahannya untuk pembangunan. Ini tentunya akan mengubah fungsi hutan mangrove secara signifikan. Hal ini harus mendapatkan perhatian lebih lanjut dari pengaku kebijakan, agar jangan sampai pembangunan yang dilakukan di lahan mangrove membawa kerusakan bukan manfaat bagi manusia.
Pencemaran lingkungan adalah faktor lain yang selalu menjadi pemicu rusaknya suatu ekosistem. Pencemaran mengakibatkan berubahnya faktor-faktor fisika dan kimia yang menunjang kehidupan biota pada suatu ekosistem. Terganggunya faktor ini tentu secara langsung akan mempengaruhi kehidupan bakau dan hewan lainnya. Makhluk hidup memiliki rentang toleransi untuk faktor fisika dan kimia lingkungan agar mampu hidup dengan maksimal. Penyebab berubahnya faktor fisika kimia perairan bisa disebabkan oleh pembuangan limbah atau sampah secara tidak bertanggungjawab ke lingkungan perairan.
Apa yang harus kita lakukan untuk melestarikan hutan mangrove?
Upaya yang dapat kita lakukan untuk memastikan hutan mangrove agar tetap selalu lestari adalah dengan tidak mengeksploitasi hutan mangrove secara berlebihan, melakukan pembangunan secara terpadu dan terencana serta tidak mencemari perairan. Tuhan menciptakan tumbuhan bakau dengan berbagai manfaat bagi manusia. Namun, bukan berarti dapat dimanfaatkan secara berlebihan. Prinsipnya, ambillah seperlunya jangan semaunya agar manfaat bakau juga dirasakan pada generasi selanjutnya.
Perairan hutan mangrove yang kaya akan nutrisi sangat baik bagi pertumbuhan beragam jenis biota laut yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sehingga mendapatkan hasil yang memuaskan bagi masyarakat sekitar. Namun hal ini tetap dilakukan secara lestari dan terstruktur agar tidak merusak hutan mangrove. Termasuk di dalamnya melakukan pembangunan objek wisata juga harus memperhatikan penanganan kebersihan lingkungan dan bangunan itu sendiri agar tidak merusak hutan mangrove. Pembangunan objek wisata yang terstruktur akan memberikan manfaat secara ekonomi dan pengetahuan, apalagi jika melibatkan masyarakat sekitarnya.
Kebersihan menjadi pokok utama dalam menjaga suatu ekosistem. Kesadaran masyarakat harus ditingkatkan dalam menjaga lingkungan hutan mangrove. Hal ini tentu tidak mudah namun dalam jangka panjangnya masyarakat harus mengerti pentingnya kondisi lingkungan yang bersih dan optimal bagi kesejahteraan mereka. Pengolahan sampah dan limbah juga harus dioptimalkan untuk mengurangi efek negatif yang ditimbulkan.
Pentingnya menjaga ekosistem biasanya akan terasa ketika ekosistem tersebut telah rusak dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam mendukung kehidupan makhluk di sekitarnya, termasuk manusia. Kerusakan hutan bakau akan memicu kerusakan ekosistem laut lainnya seperti ekosistem lamun, rumput laut, dan terumbu karang. Terganggunya ekosistem hutan mangrove memicu terjadinya erosi pada substrat lumpur sehingga terbawa pada ekosistem dibawahnya. Kondisi ini tentu akan mengubah substrat pada ekosistem lamun, rumput laut bahkan terumbu karang. Perubahan substrat akan mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan pada ekosistem tersebut karena, kondisi lingkungan tidak mendukung lagi untuk tumbuh. Tumbuhan laut merupakan produsen pada ekosistem perairan. tentu hal ini akan merusak rantai makanan. Dan berdampak pada organisme besar lainnya.
Kondisi di atas menggambarkan bagaimana efek domino itu bekerja di alam. Kerusakan suatu ekosistem juga akan mempengaruhi ekosistem lainya. Ketika ingin melakukan konservasi pada suatu ekosistem kita tidak dapat hanya melakukan pada ekosistem target saja, kita harus menjaga ekosistem lainnya. Inilah makna keseimbangan itu, dimana kita harus tetap memastikan porosnya tetap berada pada tempatnya agar tetap berlangsung dengan semestinya. Tidak hanya keterkaitan antar ekosistem, kerusakan ekosistem juga akan mempengaruhi komponen yang terdapat dalam ekosistem tersebut. habitat yang terganggu akan merusak rantai makanan. Yok kita bersama-sama menjaga keseimbanga ekosistem jangan sampai alam tidak mau lagi berdampingan dengan kita. Alam bukan warisan dari generasi sebelumnya tapi titipan dari anak cucu kita.