Biologi

Biologi

25 Januari 2021

Kehidupan modern kerap kali menimbulkan masalah kesehatan yang berasal dari banyaknya bahan makanan yang kurang tepat dan tidak menyehatkan bagi tubuh. Pemakaian bahan makanan yang penuh lemak jenuh dan kurang serat, ditambah dengan pola hidup yang tidak teratur dapat berakibat pada penumpukan lemak di dalam tubuh dan berujung pada penyakit-penyakit degeneratif yang merugikan kehidupan manusia.

Dari sekian banyaknya penelitian yang dilakukan terkait dengan suplemen makanan yang dapat membantu mengurangi timbunan lemak berikut dengan gejala kesehatan yang ditimbulkannya, ternyata sedikit yang memfokuskan diri pada serat yang berasal dari umbi-umbian. Tentunya sebagai negara tropis yang kaya yang sumber daya tumbuhan berumbi, kondisi ini memberikan peluang penelitian yang sangat besar. Selain itu, hasil-hasil penelitian di bidang ini juga sangat mungkin untuk dipatenkan dan digunakan dalam bidang kesehatan dan industri makanan.

 

25 Januari 2021

Cendana dengan nama ilmiah Santalum album L. juga dikenal dengan beberapa nama di Indonesia seperti Candana di Minangkabau, Belitung, Madura, Sunda dan Jawa, Ai nitu di Sumba, Katu Ata di Flores, Sondana di Sulawesi Utara, Ayu Luhi di Gorontalo, Ai Nituk di Roti dll. VOC ketika memperdagangkan kayu cendana dulu menyebutnya dengan Sandelhout. VOC telah memperdagangkan kayu ini sejak abad ke-17 melalui selat Malaka menuju China dan India. Kemungkinan di Indonesia, Cendana dibawa dari pulau Sumba oleh pedagang, jika dilihat dari julukannya, pulau Sumba disebut dengan Sandalwood Island.  (Gambar 1. Lukisan cendana (Santalum album L.) yang dilukis oleh salah satu Dosen Jurusan Biologi Robby Jannatan, M.Si. di atas kanvas berukuran 75x50 cm. Lukisan ini sekarang dipajang di kantor Jurusan Biologi Universitas Andalas, Sumatera Barat)

Cendana merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tersebar di Jawa timur, Pulau Madura, Bali, Rote, Sumba, Sawoe dan Wetar. Sebagian besar cendana tersebar di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Barat (NTB). Hingga sekarang, pohon cendana telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia hingga ke aceh dengan sebutan ceundana. Penyebaran cendana sebenarnya tidak terbatas di Indonesia saja, cendana tersebar hinggi ke India dan Semenanjung Malaya. Si cendana ini mempunya tinggi antara empat hingga sembilan meter. Mempunyai bunga berwarna merah dan bersifat hemiparasit, karena dia perlu menggantungkan hidup kepada inang di fase awal hidupnya, dia butuh inang untuk tumbuh, sistem perakaran cendana di fase awal belum mampu menopang kehidupannya. Beberapa inang dari cendana adalah Alternanthera sp., Sesbania grandiflora (pohon turi atau gala-gala), Atalaya hemiglauca, Acacia hemignosta (Akasia), Crotalaria retusa, dll. Ketergantungan terhadap inang inilah salah satu hal yang membuat cendana menjadi terancam hidupnya.

 

20 Januari 2021


Layaknya banyak tempat-tempat terkenal di dunia yang dikenal selain karena reputasinya juga memiliki pemandangan, letak, kekhasan dan lainnya, Universitas Andalas juga dikenal dengan keasrian lokasinya. Terletak di ketinggian lebih dari 250 meter dari permukaan laut, universitas tertua di luar Jawa ini memiliki banyak spot yang sangat nyaman untuk dikunjungi untuk bersantai selepas berkuliah atau menikmati pemandangan Kota Padang dan Samudera Hindia dari ketinggian. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial media seperti Facebook dan Instagram, banyak spot-spot ini yang kemudian terkenal karena sering dipakai berfoto pengunjung untuk kemudian di-upload dan diberi hashtag serta geotag-nya.

Begitupun Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Andalas. Menyusul beberapa jurusan dan fakultas lain yang sudah membuat marka dan lansekap khas mereka, belum lama ini juga meresmikan papan nama yang sekaligus juga bertindak menjadi penanda bagi para pengunjung atau bypasser yang lewat. Papan nama ini terletak di dekat pintu masuk lantai 2 Jurusan Biologi, tepat di seberang halte perhentian bis jalur timur kampus. Ukuran papan nama yang besar tersebut sangat mudah dilihat, bahkan bagi mereka yang mengendarai kendaraannya di jalur Timur kampus tersebut sekalipun.

 

13 Januari 2021


Kehadiran teknik analisa dengan menggunakan DNA dari suatu makhluk hidup, telah membawa perubahan yang sangat pesat di bidang taksonomi dan konservasi satwa liar. Seringkali penampakan luar yang sangat mirip membuat banyak jenis hewan (dan juga tumbuhan) dikelompokkan sebagai suatu jenis yang sama atau paling tidak dalam kerabat dekat. Hal ini memberikan bias saat menentukan jumlah populasi dan status keberadaannya di alam.

Belum lama berselang, tim peneliti yang berasal dari beberapa negara dan bernaung di lembaga yang berbeda menerbitkan laporan ilmiah di jurnal Nature Research tentang analisa DNA dari tiga anak jenis primata jenis Presbytis (P. femoralis femoralis, P. f. percura dan P. siamensis cf. cana) yang penyebarannya juga mencakup beberapa bagian di Sumatera. Material DNA didapatkan dari sel-sel mukosa yang terbawa dalam feses primata tersebut, sehingga pengambilan sampelnya sendiri tidak membahayakan individu yang ada.