Print this page

Bengkoang dan Diet Anti-lemak oleh Dr. Putra Santoso

Kehidupan modern kerap kali menimbulkan masalah kesehatan yang berasal dari banyaknya bahan makanan yang kurang tepat dan tidak menyehatkan bagi tubuh. Pemakaian bahan makanan yang penuh lemak jenuh dan kurang serat, ditambah dengan pola hidup yang tidak teratur dapat berakibat pada penumpukan lemak di dalam tubuh dan berujung pada penyakit-penyakit degeneratif yang merugikan kehidupan manusia.

Dari sekian banyaknya penelitian yang dilakukan terkait dengan suplemen makanan yang dapat membantu mengurangi timbunan lemak berikut dengan gejala kesehatan yang ditimbulkannya, ternyata sedikit yang memfokuskan diri pada serat yang berasal dari umbi-umbian. Tentunya sebagai negara tropis yang kaya yang sumber daya tumbuhan berumbi, kondisi ini memberikan peluang penelitian yang sangat besar. Selain itu, hasil-hasil penelitian di bidang ini juga sangat mungkin untuk dipatenkan dan digunakan dalam bidang kesehatan dan industri makanan.

 


Mengingat hal tersebut di atas, tim peneliti dari Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas melakukan rangkaian penelitian yang terfokus pada serat yang berasal dari umbi bengkoang (Jikama, Pachyrizus erosus). Bengkoang merupakan salah satu produk pertanian Kota Padang, yang bahkan telah dijadikan sebagai maskot flora ibukota Sumatera Barat ini. Tim peneliti dipimpin oleh Dr. Putra Santoso dan terdiri dari dosen dan mahasiswa tingkat akhir. Penelitian tersebut menggunakan dosis 10% dan 25% serat bengkoang yang dicampurkan ke dalam makanan hewan percobaan berupa mencit putih dengan populasi 10 individu per perlakuan.

Pengamatan yang dilakukan setelah 8 minggu menunjukkan bahwa dosis 10% maupun 25% serat bengkoang di dalam makanan mencit putih memberikan efek yang sangat menguntungkan dengan mengurangi kandungan gula darah hewan uji. Selain itu, serat bengkoang juga mengurangi pembesaran ukuran pulau-pulau Lengerhans di dalam organ pankreas, suatu kondisi yang mengisyaratkan secara langsung bahwa gula darah selalu berada pada kondisi yang aman selama percobaan berlangsung. Hasil dari penelitian ini telah diterbitkan di Journal of Applied Pharmaceutical Science Volume 11 No. 1 pada awal tahun ini [link download]

Penelitian ini masih berpotensi untuk terus dikembangkan sehingga nantinya dapat menghasilkan produk suplemen makanan siap pakai yang bermanfaat bukan hanya bagi penderita diabetes, tetapi juga untuk orang-orang yang ingin menjaga kesehatan tubuhnya. Tetapi benang merah yang dapat diambil dari penelitian ini tentunya sebagai warga dari kota yang digelari 'Kota Bengkoang', harusnya konsumsi bengkoang itu sendiri telah menjadi hal rutin bagi kita.

Read 487 times Last modified on Selasa, 27 September 2022 11:01